Palembang (ANTARA News) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata, meluncurkan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sumatera Selatan di Palembang, Kamis., yang akan menginisiasi SIDa di provinsi lain.

"Sumsel yang pertama lanching sistem ini. Kami yakin pertumbuhan ekonomi nasional ke depan akan lebih bertumpu pada sumber-sumber pertumbuhan baru di daerah," katanya pada Peluncuran (SIDa) Sumsel dan penandatanganan MoU dengan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin.

Hadir pula Kepala BPPT, Marzan A. Iskandar, Kepala LIPI Lukman Hakim, Rektor Universitas Sriwijaya, Badia Perizade, dan para kepala Balitbangda hampir dari seluruh provinsi di Indonesia, Kepala Kadin Sumsel Ahmad Rizal.

Menristek menegaskan perlunya mendorong pembangunan pusat-pusat inovasi di daerah dengan mengembangkan produk-produk unggulan daerah berbasis teknologi.

Pusat inovasi di daerah ini merupakan hasil kerja sama yang kuat antara unsur lembaga litbang, akademisi, dunia usaha dan masyarakat di daerah dimana peran pemerintah daerah, sangat penting, ujarnya.

Dengan munculnya produk-produk unggulan daerah yang dikemas dengan teknologi yang diproduksi para pelaku usaha di daerah, ujarnya, maka akan semakin meningkatkan pendapatan daerah dan mengurangi ketergantungan.

Ia memberi apresiasi sebesar-besarnya terhadap upaya yang dikoordinir Balitbangda Sumsel untuk mengembangkan sistem inovasi daerah dengan fokus teknologi karet yang merupakan salah satu hasil alam di Sumsel dimana menurut data luas arealnya 1,08 juta ha dengan produksi 861.333 ton.

Menristek meminta dibentuknya jejaring lembaga penelitian dan pengembangan se-Sumsel dan pembentukan Serambi Difusi Iptek untuk mempercepat proses difusi dan diseminasi hasil-hasil litbang dan pembentukan Inkubator Teknologi didukung BPPT dan LIPI.

Dipaparkannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini di atas enam persen dengan pendapatan per kapita 3.000 dolar sehingga Indonesia menurut World Economic Forum (WEF) sudah ada pada tahapan transisi dari kategori "factor-driven" sedang memasuki kategori negara dengan ekonomi "efficiency-driven".

"Kita harap kita mampu terus maju menjadi negara berbasis `innovation-driven`, suatu ekonomi yang dibangun atas dasar iptek yang bernilai tambah tinggi," katanya.

Laporan WEF, ujarnya, menunjukkan bahwa ranking Indonesia untuk kesiapan teknologi masih sangat rendah, yakni di posisi 91, akibat rendahnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Namun indikator inovasi Indonesia menunjukkan ranking cukup tinggi dan naik terus dari 47 pada 2008, 39 pada 2009 dan 36 pada 2010 yang menunjukkan adanya kemampuan litbang mengembangkan teknologi, meski pemanfaatan hasil inovasi litbang di industri masih terbatas.

"Kita perlu membangun `panggung inovasi` atau `stage of innovation` yang menjadi tempat interaksi aktor-aktor inovasi," katanya sambil menambahkan bahwa inovasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa eksploatasi sumber daya alam secara berlebihan.

Ia juga mendorong, agar pemuda di daerah tumbuh menjadi para technopreneur berbasis iptek untuk mengembangkan potensi daerahnya.
(T.D009/P003)